Rabu, 16 Januari 2013

Cara Budidaya Belut

0 komentar
Membesarkan

belut hingga siap panen dari bibit umur 1-3 bulan butuh waktu 7 bulan.
Namun, Ruslan Roy, peternak sekaligus eksportir di Jakarta Selatan,
mampu menyingkatnya menjadi 4 bulan. Kunci suksesnya antara lain
terletak pada media dan pengaturan pakan.


Belut yang dipanen Ruslan rata-rata
berbobot 400 g/ekor. Itu artinya sama dengan bobot belut yang dihasilkan
peternak lain. Cuma waktu pemeliharaan yang dilakukan Ruslan lebih
singkat 3 bulan dibanding mereka. Oleh karena itu, biaya yang
dikeluarkan Ruslan pun jauh lebih rendah. Selain menekan biaya produksi,
panen dalam waktu singkat itu mampu mendongkrak ketersediaan pasokan,
ujar Ruslan.


Pemilik PT Dapetin di Jakarta Selatan itu hanya mengeluarkan biaya
Rp8.000 untuk setiap kolam berisi 200 ekor. Padahal, biasanya para
peternak lain paling tidak menggelontorkan Rp14.000 untuk pembesaran
jumlah yang sama. Semua itu karena Ruslan menggunakan media campuran
untuk pembesarannya.


Media campuran


Menurut Ruslan, belut akan cepat besar
jika medianya cocok. Media yang digunakan ayah dari 3 anak itu terdiri
dari lumpur kering, kompos, jerami padi, pupuk TSP, dan mikroorganisme
stater. Peletakkannya diatur: bagian dasar kolam dilapisi jerami setebal
50 cm. Di atas jerami disiramkan 1 liter mikroorganisma stater.
Berikutnya kompos setinggi 5 cm. Media teratas adalah lumpur kering
setinggi 25 cm yang sudah dicampur pupuk TSP sebanyak 5 kg.


Karena belut tetap memerlukan air
sebagai habitat hidupnya, kolam diberi air sampai ketinggian 15 cm dari
media teratas. Jangan lupa tanami eceng gondok sebagai tempat
bersembunyi belut. Eceng gondok harus menutupi ¾ besar kolam, ujar
peraih gelar Master of Management dari Philipine University itu.


Bibit belut tidak serta-merta
dimasukkan. Media dalam kolam perlu didiamkan selama 2 minggu agar
terjadi fermentasi. Media yang sudah terfermentasi akan menyediakan
sumber pakan alami seperti jentik nyamuk, zooplankton, cacing, dan
jasad-jasad renik. Setelah itu baru bibit dimasukkan.


Pakan hidup


Berdasarkan pengalaman Ruslan, sifat
kanibalisme yang dimiliki Monopterus albus itu tidak terjadi selama
pembesaran. Asal, pakan tersedia dalam jumlah cukup. Saat masih anakan
belut tidak akan saling mengganggu. Sifat kanibal muncul saat belut
berumur 10 bulan, ujarnya. Sebab itu tidak perlu khawatir memasukkan
bibit dalam jumlah besar hingga ribuan ekor. Dalam 1 kolam berukuran 5 m
x 5 m x 1 m, saya dapat memasukkan hingga 9.400 bibit, katanya.


Pakan yang diberikan harus segar dan hidup, seperti ikan cetol, ikan
impun, bibit ikan mas, cacing tanah, belatung, dan bekicot. Pakan
diberikan minimal sehari sekali di atas pukul 17.00. Untuk menambah
nafsu makan dapat diberi temulawak Curcuma xanthorhiza. Sekitar 200 g
temulawak ditumbuk lalu direbus dengan 1 liter air. Setelah dingin, air
rebusan dituang ke kolam pembesaran. Pilih tempat yang biasanya belut
bersembunyi, ujar Ruslan.


Pelet ikan dapat diberikan sebagai pakan
selingan untuk memacu pertumbuhan. Pemberiannya ditaburkan ke seluruh
area kolam. Tak sampai beberapa menit biasanya anakan belut segera
menyantapnya. Pelet diberikan maksimal 3 kali seminggu. Dosisnya 5% dari
bobot bibit yang ditebar. Jika bibit yang ditebar 40 kg, pelet yang
diberikan sekitar 2 kg.


Hujan buatan


Selain pakan, yang perlu diperhatikan
kualitas air. Bibit belut menyukai pH 5-7. Selama pembesaran, perubahan
air menjadi basa sering terjadi di kolam. Air basa akan tampak merah
kecokelatan. Penyebabnya antara lain tingginya kadar amonia seiring
bertumpuknya sisa-sisa pakan dan dekomposisi hasil metabolisme. Belut
yang hidup dalam kondisi itu akan cepat mati, ujar Son Son. Untuk
mengatasinya, pH air perlu rutin diukur. Jika terjadi perubahan, segera
beri penetralisir.


Kehadiran hama seperti burung belibis,
bebek, dan berang-berang perlu diwaspadai. Mereka biasanya spontan masuk
jika kondisi kolam dibiarkan tak terawat. Kehadiran mereka
sedikit-banyak turut mendongkrak naiknya pH karena kotoran yang
dibuangnya. Hama bisa dihilangkan dengan membuat kondisi kolam rapi dan
pengontrolan rutin sehari sekali, tutur Ruslan.


Suhu air pun perlu dijaga agar tetap pada kisaran 26-28oC. Peternak
di daerah panas bersuhu 29-32oC, seperti Jakarta, Depok, Tangerang, dan
Bekasi, perlu hujan buatan untuk mendapatkan suhu yang ideal. Son Son
menggunakan shading net dan hujan buatan untuk bisa mendapat suhu 26oC.
Bila terpenuhi pertumbuhan belut dapat maksimal, ujar alumnus Institut
Teknologi Indonesia itu.


Shading net dipasang di atas kolam agar
intensitas cahaya matahari yang masuk berkurang. Selanjutnya 3 saluran
selang dipasang di tepi kolam untuk menciptakan hujan buatan. Perlakuan
itu dapat menyeimbangkan suhu kolam sekaligus menambah ketersediaan
oksigen terlarut. Ketidakseimbangan suhu menyebabkan bibit cepat mati,
ucap Son Son.


Hal senada diamini Ruslan. Jika tidak
bisa membuat hujan buatan, dapat diganti dengan menanam eceng gondok di
seluruh permukaan kolam, ujar Ruslan. Dengan cara itu bibit belut tumbuh
cepat, hanya dalam tempo 4 bulan sudah siap panen.



Minggu, 13 Januari 2013

pENYAKIT pADA bURUNG kENARI

0 komentar


Ini adalah beberapa jenis penyakit yang sering terjadi pada Burung Kenari, diantaranya :

1. GANGGUAN PERNAPASAN
Penyakit gangguan pernapasan sering menyerang burung kenari, baik jantan maupun betina. Penyebab penyakit pernapasan adalah adanya infeksi sekunder pada saluran pernapasan oleh E. coli dan virus sejenis Mycoplasma gallisepticcum yang lebih terkenal dengan nama CRD (Chronic Respiratory Desease). Jika sudah kronis, penyakit ini sangat sukar disembuhkan dan biasanya lama kelamaan burung kenari yang terinfeksi penyakit ini akan mati. Penyakit pernapasan bersifat menular. Penularan penyakit ini dapat terjadi melalui kontak langsung antara kenari yang terinfeksi dari kenari yang sehat. Misalnya, indukan yang terinfeksi penyakit dan menyuapi anaknya, maka anak-anak burung yang disuapi akan tertular oleh penyakit tersebut. Penularan penyakit pernapasan juga dapat terjadi melalui keturunan. Anakan kenari yang berasal dan indukan yang sudah terkena penyakit akan mewarisi penyakit yang dimiliki oleh induknya tersebut. Penularan penyakit pernapasan dapat juga terjadi melalui makanan, minuman, lingkungan kandang yang kurang bersih, dan makanan/minuman yang tercemar kotoran burung yang terinfeksi penyakit.

Gejala-gejala penyakit pernapasan yang tampak adalah burung sering bersin-bersin, pada malam hari yang cuacanya dingin pernapasannya ngorok, hidung lembab/basah berlendir, dan aktivitas atau gerak burung menurun. 
Tindakan preventif dan kuratif untuk mengatasi penyakit pernapasan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut. :
  • Burung kenari yang terinfeksi penyakit pernapasan segera diisolasi di kandang tersendiri dan diobati agar tidak menular kepada burung-burung kenari yang lain.
  • Sangkar, tempat makan, dan tempat minum selalu dikontrol dan semua kotoran yang terdapat di dalam sangkar ataupun di dalam wadah makanan/minuman selalu dibersihkan.
  • Makanan yang akan diberikan dicuci bersih dan dikeringkan untuk menghilangkan kemungkinan adanya residu pestisida pertanian yang membahayakan kesehatan burung.
  • Minuman yang kotor segera diganti dengan air yang bersih, segar, sehat, dan tidak mengandung bahan-bahan beracun yang membahayakan kesehatan burung. Air untuk minum direbus terlebih dahulu hingga mendidih untuk membunuh semua jenis bibit penyakit yang terdapat di dalamnya.

2. BERAK KAPUR
Penyakit berak kapur banyak menyerang beberapa jenis unggas. Penyakit ini dikenal juga dengan nama penyakit Salmonellosis atau Pullorum. Penyebab penyakit ini adalah Salmonella pullorum yang menyerang saluran pencernakan. Penyakit berak kapur bersifat menular. Tanda-tanda atau gejala serangan yang dapat dilihat adalah kotoran burung berbentuk cair dan berwarna putih seperti kapur, nafsu makan menurun, pada stadium tertentu burung mengalami kesulitan membuang kotoran. Jika diperhatikan, banyak kotoran berwarna putih melekat pada bulu di sekitar anus. Tanda lain burung kenari yang terserang penyakit berak kapur adalah muka pucat, bulu tidak teratur, sayap menggantung, dan burung tidak bergairah.

Pencegahan terhadap timbulnya penyakit berak kapur dapat dilakukan dengan menjaga
kebersihan sangkar, makanan, dan minuman. Setiap han sangkar dibersihkan dan segala kotoran, termasuk kotoran burung kenari itu sendiri. Gunakan desinfektan atau bioseptik untuk mencuci sangkar. Setiap dua hari sekali, tempat pakan dan tempat minum dibersihkan. Sisa-sisa makanan dibersihkan dibuang agar tidak berjamur dan diganti dengan makanan yang baru. Demikian juga, air minum harus selalu diganti dengan air baru yang sudah direbus (matang), bersih, dan sehat (tidak mengandung bahan-bahan beracun yang berbahaya).
Jika burung sudah terinfeksi penyakit berak kapur, burung tersebut harus segera dipisahkan dari burung-burung yang lain agar tidak menular. Burung yang sudah terinfeksi penyakit berak kapur diberi obat antibiotik secara intensif sesuai dengan petunjuk yang ada. Penggunaan obat antibiotik tidak boleh sembarangan, sebab jika kita tidak tahu secara pasti justru berakibat fatal.

3. SNOT atau CORYZA
Penyakit snot atau coryza disebabkan oleh virus Hemophillus gallinarum. Penyakit ini menyerang sekitar bagian muka burung sehingga menyebabkan bengkak dan muncul benjolan berwama merah di sekitar hidung, mata, dan telinga. Cara penularannya melalui perantaraan burung lain, udara, debu, makanan, dan minuman. Penularan penyakit ini juga dapat malalui keturunan. Tanda-tanda serangan penyakit snot atau coryza yang dapat dilihat adalah muka bengkak, hidung berlendir, sering bersin-bersin, sesak napas, dan nafsu makan turun. Jika tidak ditangani secara serius, lama kelamaan burung yang terserang penyakit ini akan mati.

Pencegahan terhadap serangan penyakit snot atau coryza dapat dilakukan dengan cara menjauhkan burung kenari yang terserang penyakit dan kelompok burung yang lain agar tidak menular. Di samping itu, sangkar tempat makan, dan minum harus selalu dibersihkan dan segala kotoran. Burung kenari yang terlanjur terserang penyakit snot atau coryza harus segera diberi obat yang sesuai.


4. BUBUL
Penyakit bubul (bumble foot) adalah jenis penyakit yang sering menyerang hampir semua jenis burung. Penyebab penyakit bubul adalah bakteri Staphylo coccus. Bakteri ini menyerang permukaan kulit, terutama kulit telapak kaki. Faktor utama yang menyebabkan timbulnya penyakit bubul adalah kebersihan sangkar, khususnya tempat bertengger.
Tanda-tanda serangan penyakit bubul yang dapat dilihat adalah kaki membengkak, kuku memanjang, sisik kaki melebar atau merenggang. Jika serangan penyakit bubul ini dibiarkan, maka lama kelamaan infeksi penyakit tersebut akan melebar dan bertambah besar.
Pencegahan terhadap serangan penyakit bubul dapat dilakukan dengan cara menjaga kebersihan sangkar dan tempat bertengger burung.

5. CACINGAN
Cacingan adalah jenis penyakit yang menyerang saluran pencernaan dan hati. Penyebab cacingan adalah cacing, yakni cacing tambang, cacing gilig, cacing pita, dan cacing hati. Tanda-tanda serangan penyakit cacingan yang dapat dilihat adalah burung kurang bergairah, lemah, nafsu makan berkurang, bulu tidak teratur, kotoran berbentuk cair, dan berat badan burung menurun.
Faktor utama yang menyebabkan munculnya penyakit cacingan adalah kondisi sangkar dan tempat makan/minum yang kotor. Pencegahan terhadap serangan penyakit cacingan dapat dilakukan dengan cara menjaga kebersihan sangkar, tempat pakan, dan tempat minum. Oleh karena itu, sangkar, tempat pakan, dan tempat minum harus selalu dikontrol dan dibersihkan dari segala macam kotoran agar tidak menjadi sarang cacing.

6. MENCRET
Penyakit mencret yang sering menyerang burung kenari ada dua macam, mencret yang disebabkan oleh bakteri yang menyerang saluran pencernaan dan mencret yang disebabkan oleh keracunan makanan. Tanda-tanda penyakit mencret yang disebabkan oleh bakteri adalah kotoran berbentuk cair, berwama keruh, berbau busuk, aktivitas (gerak) burung menurun, dan burung tidak memiliki nafsu makan. Sedangkan tanda-tanda mencret yang disebabkan oleh keracunan makanan adalah kotoran berbentuk cair, berwama bening dan terdapat sedikit gumpalan, tidak begitu berbau busuk, nafsu makan masih tinggi, dan aktivitas burung masih cukup tinggi. Sayuran yang kotor (tidak dicuci) dan masih mengandung residu obat pembasmi serangga (pestisida) dapat meyebabkan keracunan bagi burung.
Penyakit mencret yang disebabkan oleh bakteri bersifat menular, sedangkan penyakit mencret yang disebabkan oleh keracunan makanan tidak menular. Penularan dapat melalui tempat makan, minuman, maupun kotoran burung yang menderita penyakit tersebut. Oleh karena itu, burung yang terserang penyakit mencret harus segera dikarantina agar tidak menular pada burung-burung yang lain.

7. KUTU BURUNG
Burung kenari juga sering diserang oleh kutu burung sehingga proses produksi dan penetasan telur yang dierami terganggu. Kutu burung yang menyerang kenari jantan akan mengakibatkan suara menjadi berkurang. Burung kenari yang terserang kutu burung menunjukkan tanda-tanda gelisah, sering menggigit-gigit bulu (Jw. didis), frekuensi suara berkurang, jika bulu burung disingkap akan tampak kutu-kutu yang bergerak di antara bulu. Jika tidak segera diobati, burung kenari yang terserang kutu burung lama kelamaan berat badan menjadi menurun, nafsu makan akan menurun, dan akhirnya mati.
Penyebab utama serangan kutu burung adalah kondisi sangkar yang kotor, lembab, berbau, dan burung jarang mandi. Pencegahan terhadap kutu burung dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan sangkar, menyediakan air yang cukup untuk mandi, dan burung sering dijemur.

8. VIRUS BURUNG
Beberapa waktu yang lalu muncul beberapa kasus terjadinya kelumpuhan anggota badan dan menurunnya daya tahan tubuh yang menurut para medis salah satu penyebabnya adalah flu burung. Kebetulan, orang yang terserang flu burung tersebut memelihara burung kenari. Dengan demikian, banyak orang beranggapan bahwa burung kenari merupakan pembawa virus flu burung yang membahayakan. Mungkin saja hal itu benar, namun menurut penulis kurang tepat. Sebab, virus yang menyebabkan flu burung dapat menyerang semua orang melalui perantaraan apa saja termasuk ayam, bebek, kucing, anjing, segala jenis burung, dan segala jenis hewan berbulu yang dipelihara orang. Berikut mi disajikan cuplikan beberapa artikel yang berhasil direkam penulis.

Beberapa waktu lalu, kira-kira pertengahan tahun 1997, masyarakat Indonesia khususnya dan masyarakat dunia umumnya, dihebohkan dengan munculnya sejenis penyakit flu yang disebabkan oleh virus. Sementara orang beranggapan bahwa virus penyebab penyakit flu tersebut dibawa oleh burung. Penyakit flu yang hebat ini lebih dikenal dengan sebutan Flu Hongkong karena awal munculnya penyakit flu ini dari Hongkong. Serangan penyakit flu ini menelan banyak korban jiwa. Pada kasus yang sama, tahun 1968, flu Hongkong telah membunuh kurang lebih 700.000 jiwa tanpa ada obat yang dapat menyembuhkannya. Sekarang, virus pembawa maut tersebut tampaknya muncul lagi.
Menurut tim peneliti tentang virus dan Australia, virus yang membawa maut bagi manusia ataupun hewan ini sesungguhnya merupakan plasma pembawa sifat yang dibungkus mantel berupa protein sialidase dan hemaglutinin. Pada saat memasuki tubuh manusia dan berada di dalam sel, virus tersebut segera memperbanyak diri dan membentuk jutaan partikel yang disebut virion. Virion-virion inilah yang menyebarkan infeksi dan memasuki sel-sel di sekitarnya sehingga orang yang terserang virus ini merasakan sakit kepala, batuk-batuk, ngilu pada persendian, dan kondisi serta daya tahan tubuh penderita makin lemah. Jika penderita penyakit flu ini tidak segera mendapatkan perawatan dan pengobatan yang memadai, maka daya tahan tubuhnya akan semakin lemah dan menurun.

Penyebaran virus penyebab penyakit flu ini menurut ahli medis, dapat melalui perantaraan unggas, yakni segala jenis ayam, bebek, burung, serta beberapa hewan berbulu yang dipelihara orang . Jenis unggas termasuk yang memiliki kontribusi paling besar terhadap penyebaran virus tersebut. Untuk mencegah penyebaran virus tersebut, beberapa paramedis menganjurkan sebagai berikut. :
  • Upayakan kondisi lingkungan sangkar atau kandang hewan piaraan (termasuk sangkar/kandang burung) selalu dalam keadaan bersih. Jika perlu, sangkar atau kandang hewan piaraan secara periodik dilakukan cuci hama (desinfektan).
  • Upayakan tubuh mendapat pasokan protein tinggi dan berbagai sumber makanan, misalnya daging, kacang-kacangan, sayur-sayuran, dan buah-buahan untuk menolong tubuh membangun sistem kekebalan sebagai penangkal serangan virus.
  • Jaga temperatur tubuh agar tetap stabil, tidak kepanasan ataupun kedinginan baik di luar ruangan maupun di dalam ruangan.
  • Pastikan ruangan-ruangan rumah memiliki ventilasi yang cukup dan mendapat aliran udara segar.
  • Makanan dan minuman harus dalam kondisi matang dan bersih, karena virus tidak dapat bertahan pada suhu yang tinggi.
  • Basuhlah selalu kedua tangan setelah memegang binatang piaraan, baik unggas (termasuk burung) maupun jenis hewan piaraan lainnya.

Sumber : kenariku.tripod.com

Daftar burung yang dilindungi

0 komentar

Memelihara burung ternyata juga membawa kecemasan bagi pemeliharanya terlebih jika burung yang dipelihara ternyata termasuk dalam kategori burung langka yang hampir punah dan dilindungi oleh Pemerintah dan Undang-Undang UU. dan ternyata masalah Perlindungan burung ini juga tidak sebatas pada burung yang masih hidup tetapi juga berlaku pada burung-burung yang sudah Mati lalu di awetkan.
Apa saja burung yang dilindungi tersebut ?, berikut ini adalah daftar dari burung-burung yang dilindungi oleh pemerintah yang tertulis dalam
Lampiran PP no 7 th. 1999



No.
Nama Ilmiah
Nama Indonesia
1
Accipitridae
Semua jenis burung Elang
(semua jenis dari famili Accipitridae)
2
Aethopyga exima
3
Aethopyga duyvenbodei
4
Alcedinidae
(semua jenis dari famili Alcedinidae)
5
Alcippe pyrrhoptera
Brencet wergan / wergan jawa
6
Anhinga melanogaster
7
Aramidopsis plateni
8
Argusianus argus
9
Bubulcus ibis
10
Bucerotidae
Julang, Enggang, Rangkong, Kangkareng
(semua jenis dari famili Bucerotidae)
11
Cacatua galerita
12
Cacatua goffiniana
13
Cacatua moluccensis
14
Cacatua sulphurea
15
Cairina scutulata
16
Caloenas nicobarica
17
Casuarius bennetti
18
Casuarius casuarius
19
Casuarius unappenddiculatus
20
Ciconia episcopus
21
Colluricincla megarhyncha
22
Crocias albonotatus
23
Ducula whartoni
Pergam raja
24
Egretta sacra
25
Egretta spp.
(semua jenis dari genus Egretta)
26
Elanus caerulleus
27
Elanus hypoleucus
28
Eos histrio
Nuri Sangir / Nuri Talaud
29
Esacus magnirostris
30
Eutrichomyias rowleyi
31
Falconidae
Burung alap-alap, Elang
(semua jenis dari famili Falconidae)
32
Fregeta andrewsi
Burung gunting, Bintayung
33
Garrulax rufifrons
34
Goura spp.
Burung dara mahkota, Burung titi,
Mambruk (semua jenis dari genus Goura)
35
Gracula religiosa mertensi
Beo Flores
36
Gracula religiosa robusta
37
Gracula religiosa venerata
Beo Sumbawa
38
Grus spp.
Jenjang (semua jenis dari genus Grus)
39
Himantopus himantopus
Trulek lidi, Lilimo
40
Ibis cinereus
Bluwok, Walangkadak
41
Ibis leucocephala
42
Lorius roratus
43
Leptoptilos javanicus
44
Leucopsar rothschildi
45
Limnodromus semipalmatus
46
Lophozosterops javanica
47
Lophura bulweri
48
Loriculus catamene
49
Loriculus exilis
50
Lorius domicellus
51
Macrocephalon maleo
52
Megalaima armillaris
53
Megalaima corvina
54
Megalaima javensis
55
Megapoddidae
Maleo, Burung gosong
(semua jenis dari famili Megapododae)
56
Megapodius reintwardtii
57
Meliphagidae
(semua jenis dari famili Meliphagidae)
58
Musciscapa ruecki
Burung kipas biru
59
Mycteria cinerea
Bangau putih susu, Bluwok
60
Nectariniidae
Burung madu, Jantingan, Klaces
(semua jenis dari famili Nectariniidae)
61
Numenius spp.
Gagajahan
(semua jenis dari genus Numenius)
62
Nycticorax caledonicus
63
Otus migicus beccarii
Burung hantu Biak
64
Pandionidae
(semua jenis dari famili Pandionidae)
65
Paradiseidae
(semua jenis dari famili Paradiseidae)
66
Pavo muticus
Burung merak
67
Pelecanidae
(semua jenis dari famili Pelecanidae)
68
Pittidae
(semua jenis dari famili Pittidae)
69
Plegadis falcinellus
70
Polyplectron malacense
71
Probosciger aterrimus
72
Psaltria exilis
73
Pseudibis davisoni
Ibis hitam punggung putih
74
Psittrichas fulgidus
75
Ptilonorhynchidae
76
Rhipidura euryura
77
Rhipidura javanica
78
Rhipidura phoenicura
79
Satchyris grammiceps
Burung tepus dada putih
80
Satchyris melanothorax
Burung tepus pipi perak
81
Sterna zimmermanni
Dara laut berjambul
82
Sternidae
Burung dara laut
(semua jenis dari famili Sternidae)
83
Sturnus melanopterus
Jalak putih, Kaleng putih
84
Sula abbotti
Gangsa batu aboti
85
Sula dactylatra
Gangsa batu muka biru
86
Sula leucogaster
Gangsa batu / Angsa batu cokelat
87
Sula sula
Gangsa batu / Angsa batu kaki merah
88
Tanygnathus sumatranus
89
Threskiornis aethiopicus
Ibis putih, Platuk besi
90
Trichoglossus ornatus
Kasturi Sulawesi
91
Tringa guttifer
92
Trogonidae
Kasumba, Suruku, Burung luntur
93
Vanellus macropterus

ket ; klik link untuk melihat gambar


Lalu apa sangsinya jika kita kebetulan memiliki dan memelihara burung yang termasuk dalam daftar dilindungi ;
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 5 TAHUN 1990
TENTANG
KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA

Pasal 21

(1) Setiap orang dilarang untuk :


  • mengambil, menebang, memiliki, merusak, memusnahkan, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan tumbuhanyang dilindungi atau bagian-bagiannya dalam keadaan hidup atau mati. 
  • mengeluarkan tumbuhan yang dilindungi atau bagian-bagiannya dalam keadaan hidup atau mati dari suatutempat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar Indonesia.
(2) Setiap orang dilarang untuk :
  • menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yangdilindungi dalam keadaan hidup; 
  • menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan mati; 
  • mengeluarkan satwa yang dilindungi dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luarIndonesia; 
  • memperniagakan, menyimpan atau memiliki kulit, tubuh, atau bagian-bagian lain satwa yang dilindungi ataubarang-barang yang dibuat dari bagian-bagian tersebut atau mengeluarkannya dari suatu tempat di Indonesia ketempat lain di dalam atau di luar Indonesia; 
  • mengambil, merusak, memusnahkan, memperniagakan, menyimpan atau memiliki telur dan atau sarang satwa yangdillindungi.

Pasal 40

(2)

* Barang siapa dengan sengaja melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) dan ayat (2) serta Pasal 33 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dandenda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

(4)

* Barang siapa karena kelalaiannya melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalamPasal 21 ayat (1) dan ayat (2) serta Pasal 33 ayat (3) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu)tahun dan denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

CARA PEMBENIHAN IKAN NILA HITAM

0 komentar



1. PENDAHULUAN

Ikan Nila Hitam adalah jenis ikan yang secara taksonomi termasuk spesies Oreochromis niloticus bleeker. Ikan Nila Hitam berasal dari sungai Nil di Uganda, pertama kali di impor dari Taiwan ke Indonesia tahun 1969 dan dikembangkan di danau. Tondano Sulawesi Utara yang selanjutnya menyebar ke seluruh Indonesia.

Ikan Nila Hitam merupakan jenis ikan air tawar yang mudah dikembangbiakan dan memiliki toleransi tinggi terhadap perubahan lingkungan maupun kemudahan pemeliharaannya. Karena memiliki berbagai kelebihan dibanding jenis ikan lainnya, menjadikan Ikan Nila Hitam mudah sekali diterima masyarakat.

Selain kelebihan seperti disebutkan di atas, Ikan Nila Hitam relatif tahan dari serangan penyakit serta Ikan Nila Hitam termasuk hewan pemakan segala (Omnivora).

Saat ini ada beberapa jenis Ikan Nila yang beredar di Indonesia, yaitu :

1. Nila Hitam (T.69, Citralada, Gift dan Get);

2. Nila Merah(Hibrida).



2. SISTIMATIKA
Phillurin: Chordata
Subphillum: Vetebrata
Kelas; Pisces
Subkelas: Aconthoterigii
Suku: Cichlidae
Marga: Oreochromis
Spesies: Oreochromis niloticus

Ciri-ciri :

▪ Badan memanjang, bentuk tubuh. pipih, sisik besar dan kasar, kepala relatif kecil, garis Iinecalateralis terputus dan terbagi dua, yaitu bagian atas dan bawah, memiliki 5 buah sirip dengan rumus D.XVI.12; C.V.1.5; P.12 dan A.111.9.

▪ Banyak ditemukan di perairan tenang seperti danau, rawa dan waduk, dapat hidup pada salinitas 0 - 29 permil, suhu 14 - 38°C dan pH 5-11.

▪ Pemakan segala (Omnivora), sangat menyenangi pakan alami Rotifera, Daphnia Sp, Mobia Sp, Benthos dan Fitoplankton. Bisa diberi pakan tambahan berupa pellet, dedak halus dan lain-lain;

• Memijah sepanjang tahun dan mulai memijah umur 6 - 8 bulan. Seekor induk betina ukuran 200 - 400 gram dapatmenghasikan anak niencapai 400 - 500 ekor.



Perbedaan Jantan dan B etina:

A. Jantan :

■ Warna tubuh cerah dan memiliki satu buah lubang kelamin, yang bentuknya memanjang dan berfungsi sebagai tempat keluarnya sperma dan air seni;

■ Warna sirip memerah terutama pada saat matang kelamin.



B. Betina :

■ Warna tubuh agak pucat dan memiliki 2 (dua) buah lubang kelamin, lubang pertama. berada dekat anus, bentuknya seperti bulan sabit berfungsi sebagai tempat keluarnya telur.
Lubang ke dua berada dibelakangnya, bentuknya bulat yang berfungsi sebagai tempat keluarnya air seni.



3. PEMBENIHAN

Pembeniban Nila dapat dilakukan pada kolam tanah dengan konstruksi dasar kolam dibuat masing-masing 2 - 5% yang dilengkapi dengan kubangan 1,5 x 2 x 0,5 m atau pada bak semen/hapa.

Pada Kolam Tanah

• Persiapan kolam meliputi perataan tanah dasar kolam dan pemupukan dengan pupuk kandang 250 - 1000 gram/ m.2

■ Pemijahan di kolam tanah seluas minimal 500 m2, ke dalam air 60-100 cm;

■ Induk jantan dan betina dimasukkan bersama dengan padat tebar 1 ekor/m2. Perbandingan jantan dan betina 1: 3;

■ Selama pemijahan induk diberi pakan tambahan berupa pellet sebanyak 3 %/ hari. dari berat total ikan;

• Panen larva dilakukan dengan cara menangkap larva menggunakan sair halus atau sirib secara langsung, dipermukaan air kolam, terutama larva yang sedang bergerombol diasuh induknya. Pemungutan larva seperti ini bisa dilakukan setiap hari dan setelah berkumpul langsung ditebarkan ke kolam. pendederan I yang telah disiapkan 4 - 5 hari sebelumnya.



Pada Bak Semen/Hapa

■ Pemijahan dilakukan dalam bak semen/hapa ukuran/luas 24 - 48 m2, kedalaman air 60 - 80 cm;

■ Induk ditebar bersarna-sama dalam bak/hapa secara intensif yang dipanen bukan larva tetapi masih dalam bentuk telur. Pengambilan telur yang sedang dierami dalam mulut
induknya dilakukan setiap 10 hari sekali. Telur yang telah menjadi larva sesudah ditetaskan dibuat monosex, yaitu jantan atau betina, sesuai kebutuhan;

• Telur yang dipanen kemungkinan ada yang besar, yaitu telur utuh, sudah bermata dan berekor, larva sempurna. Setiap fasenya ditampung dalam wadah yang berbeda;

■ Telur ditetaskan dalam corong penetasan yang terbuat dari fiberglass, kain trilin. atau corong plastik Ke dalam corong penetasan diberi aliran air agar telur dapat bergerak;

• Telur menetas antara 3 - 7 hari. Telur yang tidak menetas berwarna putih dan harus dibuang setiap hari dengan cara disipon;

■ Dua hari setelah menetas, larva dipindahkan ke dalam bak tembok atau hapa ukuran 2 x 1 x 0,5 m yang dipasang secara berderet dengan kedalaman air 60 cm. Untuk ukuran bak/hapa seperti itu bisa ditebar larva sebanyak 2000 - 4000 ekor dan dipelihara selama 25-30 hari;

■ Selama dalam bak atau hapa diberi pakan pellet halus yang diberi hormon alpha methyl testosteron dosis 30%/hari pada awal pemeliharaan, komoditas dapat menurun hingga 12%.


Cara Pembuatan Pakan Berhormon :
■ Timbang pellet halus sebanyak 1 kg;
■ Timbang 17 Alpha Methyl Testosteron (60 mg/kg pakan);
■ Larutkan hormon tersebut dalam. alkohol 90% sebanyak 25 ml, tambahkan alkohol 70% sebanyak 300 - 400 ml, aduk sampai homogen;
• Masukkan larutan tersebut dalam pakan dan aduk sampai rata, kemudian diangin-anginkan sampai kering jangan dijemur);
• Bila sudah kering langsung diberikan. Agar awet, Masukkan pakan dalam plastik dan disimpan dalam. kulkas (-40 derajat Celcius). Dengan cara demikian pakan dapat tahan hingga 3 bulan;


■ Larva yang diberi pakan berhormon harus berukuran panjang total = 13 mm.

Selain melalui pakan, pengubahan kelamin dapat juga dilakukan melalui perendaman dalam larutan hormon 17 Alpha Methyl Testosteron selama 10 -12 jam.

4. PENDEDERAN
pendederan Ikan Nila Hitam dapat dilakukan dalam beberapa tahapan, yaitu pendederan I, II, III dan IV. Tempat pendederan di kolam atau, di bak dengan. perlakuan:

■ Persiapan kolam meliputi pengeringan, perbaikan
pematang, pengolahan tanah dasar dan pembuatan kemalir,
■ Kolam dikapur dengan kapur tohor dan dipupuk dengan pupuk organik,
■ Larva ditebar pada pagi hari, dan diberi pakan tambahan setiap hari selama pendederan berlangsung.

Standar Produksi Kebul, Gabar, Belo dan Sangkal
Ikan Nila Hitam di Bak dan Kolam

Sumber : Dinas Perikanan Propinsi Jabar, 2008

Entri Populer