Rabu, 16 Januari 2013

Cara Budidaya Belut

Membesarkan

belut hingga siap panen dari bibit umur 1-3 bulan butuh waktu 7 bulan.
Namun, Ruslan Roy, peternak sekaligus eksportir di Jakarta Selatan,
mampu menyingkatnya menjadi 4 bulan. Kunci suksesnya antara lain
terletak pada media dan pengaturan pakan.


Belut yang dipanen Ruslan rata-rata
berbobot 400 g/ekor. Itu artinya sama dengan bobot belut yang dihasilkan
peternak lain. Cuma waktu pemeliharaan yang dilakukan Ruslan lebih
singkat 3 bulan dibanding mereka. Oleh karena itu, biaya yang
dikeluarkan Ruslan pun jauh lebih rendah. Selain menekan biaya produksi,
panen dalam waktu singkat itu mampu mendongkrak ketersediaan pasokan,
ujar Ruslan.


Pemilik PT Dapetin di Jakarta Selatan itu hanya mengeluarkan biaya
Rp8.000 untuk setiap kolam berisi 200 ekor. Padahal, biasanya para
peternak lain paling tidak menggelontorkan Rp14.000 untuk pembesaran
jumlah yang sama. Semua itu karena Ruslan menggunakan media campuran
untuk pembesarannya.


Media campuran


Menurut Ruslan, belut akan cepat besar
jika medianya cocok. Media yang digunakan ayah dari 3 anak itu terdiri
dari lumpur kering, kompos, jerami padi, pupuk TSP, dan mikroorganisme
stater. Peletakkannya diatur: bagian dasar kolam dilapisi jerami setebal
50 cm. Di atas jerami disiramkan 1 liter mikroorganisma stater.
Berikutnya kompos setinggi 5 cm. Media teratas adalah lumpur kering
setinggi 25 cm yang sudah dicampur pupuk TSP sebanyak 5 kg.


Karena belut tetap memerlukan air
sebagai habitat hidupnya, kolam diberi air sampai ketinggian 15 cm dari
media teratas. Jangan lupa tanami eceng gondok sebagai tempat
bersembunyi belut. Eceng gondok harus menutupi ¾ besar kolam, ujar
peraih gelar Master of Management dari Philipine University itu.


Bibit belut tidak serta-merta
dimasukkan. Media dalam kolam perlu didiamkan selama 2 minggu agar
terjadi fermentasi. Media yang sudah terfermentasi akan menyediakan
sumber pakan alami seperti jentik nyamuk, zooplankton, cacing, dan
jasad-jasad renik. Setelah itu baru bibit dimasukkan.


Pakan hidup


Berdasarkan pengalaman Ruslan, sifat
kanibalisme yang dimiliki Monopterus albus itu tidak terjadi selama
pembesaran. Asal, pakan tersedia dalam jumlah cukup. Saat masih anakan
belut tidak akan saling mengganggu. Sifat kanibal muncul saat belut
berumur 10 bulan, ujarnya. Sebab itu tidak perlu khawatir memasukkan
bibit dalam jumlah besar hingga ribuan ekor. Dalam 1 kolam berukuran 5 m
x 5 m x 1 m, saya dapat memasukkan hingga 9.400 bibit, katanya.


Pakan yang diberikan harus segar dan hidup, seperti ikan cetol, ikan
impun, bibit ikan mas, cacing tanah, belatung, dan bekicot. Pakan
diberikan minimal sehari sekali di atas pukul 17.00. Untuk menambah
nafsu makan dapat diberi temulawak Curcuma xanthorhiza. Sekitar 200 g
temulawak ditumbuk lalu direbus dengan 1 liter air. Setelah dingin, air
rebusan dituang ke kolam pembesaran. Pilih tempat yang biasanya belut
bersembunyi, ujar Ruslan.


Pelet ikan dapat diberikan sebagai pakan
selingan untuk memacu pertumbuhan. Pemberiannya ditaburkan ke seluruh
area kolam. Tak sampai beberapa menit biasanya anakan belut segera
menyantapnya. Pelet diberikan maksimal 3 kali seminggu. Dosisnya 5% dari
bobot bibit yang ditebar. Jika bibit yang ditebar 40 kg, pelet yang
diberikan sekitar 2 kg.


Hujan buatan


Selain pakan, yang perlu diperhatikan
kualitas air. Bibit belut menyukai pH 5-7. Selama pembesaran, perubahan
air menjadi basa sering terjadi di kolam. Air basa akan tampak merah
kecokelatan. Penyebabnya antara lain tingginya kadar amonia seiring
bertumpuknya sisa-sisa pakan dan dekomposisi hasil metabolisme. Belut
yang hidup dalam kondisi itu akan cepat mati, ujar Son Son. Untuk
mengatasinya, pH air perlu rutin diukur. Jika terjadi perubahan, segera
beri penetralisir.


Kehadiran hama seperti burung belibis,
bebek, dan berang-berang perlu diwaspadai. Mereka biasanya spontan masuk
jika kondisi kolam dibiarkan tak terawat. Kehadiran mereka
sedikit-banyak turut mendongkrak naiknya pH karena kotoran yang
dibuangnya. Hama bisa dihilangkan dengan membuat kondisi kolam rapi dan
pengontrolan rutin sehari sekali, tutur Ruslan.


Suhu air pun perlu dijaga agar tetap pada kisaran 26-28oC. Peternak
di daerah panas bersuhu 29-32oC, seperti Jakarta, Depok, Tangerang, dan
Bekasi, perlu hujan buatan untuk mendapatkan suhu yang ideal. Son Son
menggunakan shading net dan hujan buatan untuk bisa mendapat suhu 26oC.
Bila terpenuhi pertumbuhan belut dapat maksimal, ujar alumnus Institut
Teknologi Indonesia itu.


Shading net dipasang di atas kolam agar
intensitas cahaya matahari yang masuk berkurang. Selanjutnya 3 saluran
selang dipasang di tepi kolam untuk menciptakan hujan buatan. Perlakuan
itu dapat menyeimbangkan suhu kolam sekaligus menambah ketersediaan
oksigen terlarut. Ketidakseimbangan suhu menyebabkan bibit cepat mati,
ucap Son Son.


Hal senada diamini Ruslan. Jika tidak
bisa membuat hujan buatan, dapat diganti dengan menanam eceng gondok di
seluruh permukaan kolam, ujar Ruslan. Dengan cara itu bibit belut tumbuh
cepat, hanya dalam tempo 4 bulan sudah siap panen.



0 komentar:

Entri Populer